Winter 2015

Individu yang dapat mewujudkan senjata dari jiwa mereka disebut “Blazer,” dan mereka bersekolah di SMA Kouryou Academy untuk menguasai kemampuan mereka. Setiap siswa diwajibkan untuk bermitra dengan siswa lain, dengan harapan suatu hari nanti, pasangan itu dapat mencapai kekuatan Absolute Duo.

Tooru Kokonoe berharap untuk bersekolah di akademi ini untuk mendapatkan kekuatan setelah saudara perempuan dan teman-temannya dibunuh oleh seorang pria misterius. Namun, pada upacara pembukaan, ia dipaksa untuk berduel melawan orang yang duduk di sebelahnya, dengan yang kalah akan dikeluarkan. Saat Tooru bersiap untuk memberikan yang terbaik dalam pertandingan, bukan senjata yang terwujud dari jiwanya, melainkan perisai, sebuah keanehan yang menarik perhatian seorang siswa asing bernama Julie Sigtuna.

The war between the Terrans and the Vers Empire of Mars has ended, allowing humanity to blissfully enjoy their lives in a time of peace. Nineteen months later, however, the Vers princess makes a shocking public declaration: "the Terrans are a foolish race that covets resources, destroys nature, and are devoted to the pursuit of pleasure." And so, to protect their precious Earth, she calls upon her knights to take up arms, and the raging battle between the two civilizations reignites.

Slaine Troyard has found a place among the Martians, giving Earth a short respite from the war against the Vers Empire. However, a peaceful resolution seems inconceivable. The various people who fought desperately for survival in the past now find themselves in the midst of yet another bloody and chaotic conflict, one that will forever alter the fate of humankind.

[Written by MAL Rewrite]

Tucked in the mountains near the elite Kunugigaoka Middle School lies a small derelict building that houses the delinquents and dropouts of Class 3-E. Looked down upon by their peers, the students in this class appear to have little hope in advancing their academic careers. That is, until the national government tasks them with eliminating the greatest threat to their planet: their new teacher.

Having already destroyed the moon, the octopus-like professor—dubbed "Koro-sensei"—has now threatened to destroy the Earth by March of the following year. In light of their mission, the students have found that killing him is easier said than done. Not only can Koro-sensei move at speeds of up to Mach 20, but he can also resist almost every earthly weapon. Ironically, he also proves to be one of the best teachers Class 3-E has ever had. Training the class to excel in both their studies as students and skills as assassins, Koro-sensei is confident that his students' ingenuity and indomitable will could return them to the main campus.

Through trial and error, Nagisa Shiota, as well as the other students of Class 3-E, must figure out Koro-sensei's weaknesses—and fast, for the very fate of the world depends upon it.

[Written by MAL Rewrite]

Joutarou Kuujou dan sekutunya akhirnya tiba di Mesir, tempat Dio yang abadi menunggu. Setibanya mereka, kelompok itu mendapatkan rekan baru: Iggy, seekor anjing kampung yang menggunakan Stand "The Fool." Namun, bukan hanya kabar baik, karena yang menghalangi jalan mereka adalah kelompok pengguna Stand baru yang melayani Dio, masing-masing dengan Stand yang mewakili dewa Mesir kuno. Saat pertempuran terakhir mereka mendekat, ini adalah perlombaan melawan waktu untuk membebaskan ibu Joutarou dari kutukannya dan mengakhiri pemerintahan teror Dio atas keluarga Joestar untuk selamanya.

Seirin bersiap menghadapi rintangan besar dalam perjalanan mereka memenangkan Winter Cup, termasuk tim-tim yang masing-masing memiliki anggota Generasi Keajaiban. Kuroko berhadapan langsung dengan mantan rekan satu timnya sekali lagi saat ia berusaha menunjukkan kepada mereka bahwa keterampilan individu bukanlah satu-satunya cara untuk bermain basket. Keyakinannya yang kuat bahwa bentuk permainannya, permainan tim, adalah cara yang tepat untuk bermain olahraga ini akan berbenturan dengan bakat tiruan sempurna dan otoritas mutlak.

Sementara Kuroko mencoba membuktikan bahwa basketnya adalah “benar,” dia dan seluruh SMA Seirin pada akhirnya memiliki satu tujuan: memenangkan Winter Cup dan mengatasi kekuatan Generasi Keajaiban, yang telah lama mendominasi dunia basket SMP dan SMA.

Ken Kaneki akhirnya menerima sisi mengerikan dan haus darah yang selama ini ia takuti dan benci. Setelah lolos dari penahanan dan penyiksaan, Kaneki bergabung dengan Pohon Aogiri—organisasi ghoul militan yang telah menculiknya, membuat teman-temannya mempertanyakan motif dan kesetiaannya yang sebenarnya.

Seiring meningkatnya ketegangan antara pemerintah dan para ghoul, Komisi Anti-Ghoul, badan anti-ghoul khusus pemerintah, telah mengintensifkan upaya mereka untuk membersihkan Tokyo sepenuhnya dari para ghoul. Hal ini mengancam kedamaian sementara teman-teman dan mantan rekan Kaneki—para ghoul di kedai kopi Anteiku. Menyadari situasi berbahaya ini, Kaneki menghadapi beberapa pertempuran yang mempertaruhkan kemanusiaannya yang berharga dan fana.